About

Extras and history

Tagboard

Links

Everyday story
5:39 PM
- Sunday, August 31, 2008
Ahlan Wa Sahlan YA RAMADAN!!!

Some tips on how to manage your time during the fasting months~

Im as excited as scared when i woke up this morning. The time you have to fight with your own self on simply alot of things. I have set afew targets for myself though this time round. The major one is ofcourse not to get to tense up and control my anger at all times. so dear readers, SMILE! =)


Ramadan - Yusuf Islam



6:05 PM
- Tuesday, August 26, 2008
Mantera Beradu ft. M. Nasir - Malique

Mantera Beradu-Malique feat. M Nasir

Masih belum sempurna...

Gerakkan Hati... Hati gerakkan...
Pandanglah aku... aku lah dia...

Kulitku tebal... ku kebal... ingatku kebal...
Hanya berbual makan angin kembung perut mual...
Resah dan tidak senang... hidup tak pernah lenang...
Ku schizo paranoia takut pecah tembelang

Pecah tembelang... peta dah hilang...
Bangau dah pulang... suara sumbang...

Lidahku kaku tak selicin kuku
Teman baikku buku
Bini ku pena... tak pernah lena
Aku suka mengintai pantang ditenung
Berakhir pertelingkahan dalaman
Pasti belum

Ikut gerak hati... pena melayang
Dilihat dua layang pandang
Tak lah segarang
Takat meradang
Tanya... abang gedang, apa barang?
Badan macam badang
Main acap belakang parang

Kuhunuskan keris musuh ada pistol
Tradisi kekalkan adaptasi harus betul
Tujuh baris keramat tujuh garis penamat
Baik berpada biar jahat asal selamat

Ramai saudaraku yang baik telah dipijak

Awan mendung yang berarak
Bawa tangis bawa resah
Rebah rindu yang terkumpul
Semua birat dan kalimah
Semua janji yang terikat
Lebur disisimu

Yo ijazah terbaik datangnya dari jalanan
Dari pengalaman bercakap dan bersalaman
Konflik motivasi cuba medatasi
Positif dan benci jadi inspirasi pagi

Peduli itu interpretasi basi pekakkan sebelah
Halang biar keduanya muka cantik
Soalan bodoh yang ditanya jadi melodinya
Lebih hina dari zina

Lu bikin dosa ku bikin prosa
Testosterone testarosa
Citacita sosa kl kl kosa nostra
Jalan berliku ku harung roller coaster
Gah sentosa tiada penyesalan
Luas pandangan jauh dah berjalan
Tak sempurna masih ada kejanggalan
Gagal merancang, merancang kegagalan

Awan mendung yang berarak
Bawa tangis bawa resah
Rebah rindu yang terkumpul
Semua birat dan kalimah
Semua janji yang terikat
Lebur disisimu

Kucing bawa tidur rimau bawa igau
Masuk tempat orang bawa otak bukan pisau

Naik bukit angkuh cakap ayah jangan risau
Turun bukit pucat dengar tiga miaww
Kucing bawa tidur rimau bawa igau
Masuk tempat orang bawa otak bukan pisau

Tolak pintu gua tiga kerat tenaga
Kosong tak dijaga sampai datang tiga naga
Ingat nak berlaga tapi tak kan boleh menang
Menang dengan otak tak mesti dengan pedang

Sebelum jadi bangkai ikan koi renang renang
Pura pura salah jawapan untuk naik berang
Panggil lima kawan atau biar pergi laju
Risaukan pekara remeh kita tak akan maju
Muka sama hijau hati siapa tahu
Merah dah menyala pasti mati siapa mahu
Gagap tiga kali bercakap benar saja
Bulan terang ramai yang keluar buat kerja

Panjat pokok buluh cari tukun air terjun
Naik sampai nampak dah terpegun turun
Tiga ular ikut lompat atau paut
Kalau lari mati jika jerut maut

Awan mendung yang berarak
Bawa tangis bawa resah
Rebah rindu yang terkumpul
Semua birat dan kalimah
Semua janji yang terikat
Lebur disisimu

Puisi hati mu... hati mu puisi
Palu hati ku palu hatiku

Kulit tak besalin walau saling ganti baju
Pandang sini pandang sini
Ku berbahasa baku kata kata nahu
Himpun jadi satu
Mantera beradu dengan irama dan lagu

Akhirnya sempurna...


On yeah,Ramadan is in 5 days time.Bring it on!!!

Ngaji tonight =)

12:22 PM
- Monday, August 25, 2008
Surah Ibrahim (40-52) - Sheikh Mishary Rashid Al-Afasy

Jazakallah

3:50 PM
- Sunday, August 17, 2008
Berhenti menjadi Gelas


Seorang guru sufi mendatangi seorang muridnya ketika wajahnya belakangan ini selalu tampak murung."Kenapa kau selalu murung, nak? Bukankah banyak hal yang indah di dunia ini? Ke mana perginya wajah bersyukurmu?" sang Guru bertanya.


"Guru, belakangan ini hidup saya penuh masalah. Sulit bagi saya untuk tersenyum. Masalah datang seperti tak ada habis-habisnya," jawab sang murid muda.


Sang Guru terkekeh. "Nak, ambil segelas air dan dua genggam garam. Bawalah ke mari. Biar kuperbaiki suasana hatimu itu."

Si murid pun beranjak pelan tanpa semangat. Ia laksanakan permintaan gurunya itu, lalu kembali lagi membawa gelas dan garam sebagaimana yang diminta.


"Coba ambil segenggam garam, dan masukkan ke segelas air itu," kataSang Guru. "Setelah itu coba kau minum airnya sedikit."


Si murid pun melakukannya. Wajahnya kini meringis karena meminum air masin.


"Bagaimana rasanya?" tanya Sang Guru.


"Masin, dan perutku jadi mual," jawab si murid dengan wajah yang masihmeringis.


Sang Guru terkekeh-kekeh melihat wajah muridnya yang meringis kemasinan.


"Sekarang kau ikut aku." Sang Guru membawa muridnya ke danau di dekat tempat mereka.
"Ambil garam yang tersisa, dan tebarkan ke danau."


Si murid menebarkan segenggam garam yang tersisa ke danau, tanpa bicara. Rasa asin di mulutnya belum hilang. Dia ingin meludahkan rasa asin dari mulutnya, tapi tak dilakukannya. Rasanya tak sopan meludah di hadapan mursyid, begitu pikirnya.


"Sekarang, coba kau minum air danau itu," kata Sang Guru sambil mencari batu yang cukup datar untuk didudukinya, tepat di pinggir danau. Si murid menangkupkan kedua tangannya, mengambil air danau, dan membawanya ke mulutnya lalu meneguknya. Ketika air danau yang dingin dan segar mengalir di tenggorokannya.


Sang Guru bertanya kepadanya, "Bagaimana rasanya?"


"Segar, segar sekali," kata si murid sambil mengelap bibirnya dengan belakang tangannya. Tentu saja, danau ini berasal dari aliran sumber air di atas sana. Dan airnya mengalir menjadi sungai kecil di bawah. Dan sudah pasti, air danau ini juga menghilangkan rasa asin yang tersisa di mulutnya.


"Terasakah rasa garam yang kau tebarkan tadi?"


"Tidak sama sekali," kata si murid sambil mengambil air danmeminumnya lagi. Sang Guru hanya tersenyum memperhatikannya,membiarkan muridnya itu meminum air danau sampai puas.


"Nak," kata Sang Guru setelah muridnya selesai minum. "Segala masalah dalam hidup itu seperti segenggam garam. Tidak kurang, tidak lebih. Hanya segenggam garam. Banyaknya masalah dan penderitaan yang harus kau alami sepanjang kehidupanmu itu sudah dikadar oleh Allah, sesuai untuk dirimu. Jumlahnya tetap, segitu-segitu saja, tidak berkurang dan tidak bertambah. Setiap manusia yang lahir ke dunia ini pun demikian. Tidak ada satu pun manusia, walaupun dia seorang Nabi, yang bebas daripada penderitaan dan masalah."


Si murid terdiam, mendengarkan.


"Tapi Nak, rasa `asin' dari penderitaan yang dialami itu sangat tergantung dari besarnya 'qalbu'(hati) yang menampungnya. Jadi Nak, supaya tidak merasa menderita, berhentilah jadi gelas. Jadikan qalbu dalam dadamu itu jadi sebesar danau."


Yesterdays event was a success. Alhamdullilah. 14 more days to Ramadhan..yays!

9:56 PM
- Thursday, August 14, 2008

Nisfu Syaaban

Nisfu dlm bahasa arab bererti setengah. Nisfu Syaaban beerti setengah bulan Syaaban. Malam Nisfu Syaaban adalah malam lima-belas Syaaban iaitu siangnya empat-belas haribulan Syaaban.

Malam Nisfu Syaaban merupakan malam yang penuh berkat dan rahmat selepas malam Lailatul qadr. Saiyidatina Aisyah r.a. meriwayatkan bahawa Nabi saw tidak tidur pada malam itu sebagaimana yg tersebut dalam sebuah hadis yg diriwayatkan oleh Iman Al-Baihaqi r.a:


Rasulullah saw telah bangun pada malam (Nisfu Syaaban) dan bersembahyang dah sungguh lama sujudnya sehingga aku fikir beliau telah wafat. Apabila aku melihat demikian aku mencuit ibu jari kaki Baginda saw dan bergerak. Kemudian aku kembali dan aku dengar Baginda saw berkata dlm sujudnya, "Ya Allah aku pohonkan kemaafanMu daripada apa yg akan diturunkan dan aku pohonkan keredhaanMu daripada kemurkaanMu dan aku berlindung kpdMu daripadaMu. Aku tidak dpt menghitung pujian terhadapMu seperti kamu memuji diriMu sendiri."
Setelah Baginda saw selesai sembahyang, Baginda berkata kpd Saiyidatina Aisyah r.a. "Malam ini adalan malam Nisfu syaaban. Sesunguhnya Allah Azzawajjal telah dtg kpd hambanya pada malam Nisfu syaaban dan memberi keampunan kpd mereka yg beristighfar, memberi rahmat ke atas mereka yg memberi rahmat dan melambatkan rahmat dan keampunan terhadap org2 yg dengki."

Hari nisfu sya'aban adalah hari dimana buku catatan amalan kita selama setahun diangkat ke langit dan diganti dengan buku catatan yang baru. Catatan pertama yang akan dicatatkan dibuku yang baru akan bermula sebaik sahaja masuk waktu maghrib, (15 Sya'aban bermula pada 14 hb sya'aban sebaik sahaja masuk maghrib)

Berikut adalah antara amal ibadah di hari Nisfu Sya'aban:

1.Solat sunat nisfu sya'aban - terdapat dua cara mengerjakan solat sunat ini

Sembahyang 100 rakaat dengan memberi salaam selepas setiap 2 rakaat. Surah Al-Ikhlas dibaca sebanyak 11 kali setelah setiap rakaat setelah membaca surah al-Fatihah

Sembahyang 10 rakaat dengan memberi salaam selepas setiap 2 rakaat. Surah Al-Ikhlas dibaca sebanyak 100 kali setelah setiap rakaat setelah membaca surah al-Fatihah

2. Membaca Yasin 3x selepas solat Maghribnya


i) Yasin pertama : mohon dipanjangkan umur untuk beribadat kepada Allah

ii) Yasin kedua : mohon rezeki yang halal untuk beribadat kepada Allah

iii) Yasin ketiga : mohon ditetapkan iman dan Islam & mati di dalam iman

3. Berpuasa pada siangnya (mulai pagi esoknya-15 Syaaban)

Salam, ok now anyone intending to attend a mega event this saturday???..my ustaz is organising a nisfu Syaaban night this saturday.Interested? cya there =)


15 Sya'aban 1429H (Nisfu Sya'aban) on Saturday, 16 August 2008 event held at Expo Hall 6B.
Guess Speaker: Drs Ust Ahmad Dahri
All Muslims are invited.

4:44 PM
- Wednesday, August 13, 2008
Few Best Azan from around the world. I still prefer the azan from mekkah.

First, Best Choice All time, Mekkah Azan



Second, Madinah Al-Munawwarah Azan



Third, Egypt's Azan



Fourth, Abdul Basit's Azan


Lastly, Sheikh Mishary's Azan

4:40 PM
-
The Biography of "Habib Noh bin Muhammad Al-Habshee (Singapore)"
IN ENGLISH

Habib Noh bin Muhammad Al-Habshee came from Kedah, Malaysia. Not much was known about his early life. He came from a family of 4 brothers: Habib Noh, Habib Ariffin and Habib Zain (both died in Penang) and the youngest Habib Salikin, who died in Daik, Indonesia.

From his marriage with Anchik Hamidah who came from Wellesley Province, Penang, they were blessed with only one daughter named Sharifah Badaniah. Sharifah Badaniah later married Syed Mohamad Bin Hassan Al-Shatri at Jelutong, Penang. The couple then gave Habib Noh his only grandchild, a girl named Sharifah Rugayah. She married Syed Alwi Bin Ali Aljunied and they had five children, two boys and three girls namely Syed Abdul Rahman, Syed Abdullah, Sharifah Muznah, Sharifah Zainah and Sharifah Zubaidah.

By most account, Habib Noh arrived in Singapore shortly after Sir Stamford Raffles landed on the island. He was in his thirties then.

Although he spent the rest of his life in Singapore, and died there, he travelled around, mostly to Johor Baru and other peninsular states of Malaysia, preaching Islam.

He was a very pious man. His nights were spent in praying till dawn. And he was a constant visitor of the graveyards, often praying for the souls of the dead. He always moved around with his closest friends except when he specifically requested to be alone.

He was well loved by people from all walks of life, especially children. He would often buy sweats and give money to children, the poor and destitute.

Thus it was without surprise people recounted many of his karamah.

He possessed the ability to literally disappear, and be seen at far away places. It was reported that he was ever seen praying in the Grand Mosque of Mecca in Saudi Arabia without actually making the journey there himself physically. Once he even told a departing haj pilgrim that they will meet in Mecca. When the person arrived there, it was Habib Noh himself who greeted him.

Habib Noh was also well known as a great healer, especially for children whom he loved very much. There was once when he healed a child with an injured leg, by simply putting his hands over the wound and reciting some prayers. Within moments, the child was able to run again as though nothing had happened to him. The father of the child was so happy; he donated shillings to Habib Noh, who in turn gave the money away to the needy.

Habib Noh would brave even the thunderstorm to tend to any sick child. He ever walked to Paya Lebar from his home at Telok Blangah under heavy rain to heal a child. When he arrived at the child's home, to the astonishment of the parents, Habib Noh was not drenched at all.

In another incident, Habib Noh was awakened by the continuos crying of his neighbour's child. When he went over, he found that the family was too poor to buy food for the hungry child. With tears in his eyes upon hearing the story, Habib Noh took a coconut kernel, poured some water in it and recited some prayers. By God's will, the water turned into milk for the child.

Habib Noh is also known for his powerful and accurate premonitions. He seemed to know if people were in need, sick or have intentions meant for him. Once there was an Indian Muslim man who traveled back to India to visit his family via sea. He made a sacred pact with God that if he were to return to Singapore safely, he would present Habib Noh with a gift. Upon returning, he was shocked when Habib Noh was already waiting for him at the shore.

Habib Noh called out to him,"I believe you have made a promise to give something to me." Surprised, the Indian Muslim man said, "Speak oh wise one what you wish for and I will gladly present it to you."

Habib Noh replied, "I would like to have rolls of yellow cloth to donate to the poor, the destitute and children."

Hugging Habib Noh, the Indian Muslim man cried, "By God, I will be most willing to present it to a man who is exalted in the eyes of God for his kindness towards mankind. Please give me three days to present them to you."

He did within the stipulated time.

After 78 years of life devoted to Islam, Habib Noh passed away peacefully on Friday, 27 July 1866 corresponding to 14 Rabiul Awal 1283. A few days before died, he gave many advise to his beloved friends. Amongst his treasured words were, "Don't be greedy for worldly materials nor have any ill-feelings towards anyone throughout your life."

Habib Noh breathed his last breath in Telok Blangah, at the residence of Johor's Temenggong Abu Bakar. When news spread, many people from all walks of life, including Englishmen who converted to Islam through Habib Noh, and those from the neighbouring islands came to pay their last respect. All horse-drawn carriages in Singapore came to a halt from their daily activities, to ferry the old folks, women and children to the funeral for free. But just before the cortege left the Temenggong's house for the burial ground, a strange phenomenon took place.

Before his demise, Habib Noh had actually instructed his friends to bury him at the top of Mount Palmer, which during that time was a small burial ground. Somehow on that fateful day, everyone had forgotten about it and they were all preparing to go to the Bidadari Muslim cemetery. When the time came to carry the coffin, it refused to budge from the ground. Nobody can lift it. The atmosphere turned panicky, and almost everyone cried upon seeing the coffin not moving one inch, despite the strong attempts of able men.

Fortunately, someone finally remembered the late Habib Noh's instructions; came forward and addressed the true situation to everyone. Each person realised their lapse in memory and immediately decided to proceed to Mount Palmer instead. Through the will of God, the coffin was able to move at much ease and cries of Allahu Akbar! (God is Great!) filled the air. As per his parting wish, Habib Noh was safely buried at Mount Palmer.

His karamah did not end there. During World War 2, when Telok Blangah was extensively aerial bombed by the Japanese, not a single bomb touch Habib Noh’s tomb. And when the Singapore’s government wanted to build an elevated highway along Tanjung Pagar, the bridge was designed to curved around it, the height almost on the same level as Habib Noh’s Mausoleum. It was almost impossible for every driver not to notice it. Now everyone can visit him without going up the 49 steps to the top of the hill that housed his grave.

Next time, when you drive around that corner towards the end of Tanjung Pagar’s highway bridge towards Changi Airport, do not forget to recite Al-Fatihah for this great saint.

May Allah bless his soul.

6:58 PM
- Friday, August 8, 2008
I've simply lose all respect for certain people

Don't ask me why

Blame it on your attitude.

11:56 AM
- Tuesday, August 5, 2008
Hasbi Rabbi -



Ramadan coming people~!

7:52 PM
- Saturday, August 2, 2008
Thanks for being very honest with me friend!

I thank Allah for all the comfort for the past 19 years. I'm writing this after what might have been the most hard-breaking day for me yesterday. I can't even bring myself to talk to my mom about this. As a friend I failed. As a brother I failed. As a Muslim I failed terribly to help you guys. I pity you guys, but its true that I can only hear and not know how you feel as you are the one who's going through all this challenges instead of me. So much things happened during my absence. I'm still shocked and sad over whats happened. I'm really sad.

Dont Cry (Original) - Guns And Roses